Teori sektoral â Sebagai cabang ilmu yang mempelajari mengenai planet Bumi, Geografi juga mempelajari banyak hal, dimana bukan hanya mengenai bentuk permukaan Bumi maupun kerak bumi yang ada saja, namun juga berbagai hal yang ada di dalamnya. Geografi merupakan cabang ilmu yang memiliki cakupan yang sangat luas. Oleh sebab itu, untuk lebih mengelompokkan fokus pembelajarannya, terdapat cabang ilmu geografi. Selain itu, terdapat pula beberapa teori yang dapat kita pelajari dalam ilmu geografi. Salah satu teorinya adalah teori yang membahas mengenai tata ruang suatu tempat maupun tata letak dari suatu daerah. Terdapat beragam teori yang membahas mengenai tata ruang sendiri, dan salah satunya adalah teori sektoral yang akan kita bahas lebih dalam saat ini. Simak informasi berikut. Teori SektoralKonsep Teori Sektoral1. Central Business District atau Daerah Pusat Kegiatan2. Industri atau Perdagangan3. Low Class Residential atau yang dikenal dengan Pemukiman Kelas Bawah4. Middle Class Residential atau yang dikenal dengan Pemukiman Kelas Menengah5. High Class Residential atau yang dikenal dengan Pemukiman Kelas AtasAsumsi Teori SektoralTeori Mengenai Tata Ruang 1. Teori konsentris2. Teori sektoral3. Teori inti ganda4. Teori konsektoral tipe Eropa5. Teori konsektoral tipe Amerika Latin6. Teori poros7. Teori historis Pembahasan mengenai tata ruang sendiri setidaknya terbagi menjadi tujuh teori yaitu, Teori konsentris, teori sektoral, teori inti ganda, teori konsektoral tipe Eropa, teori konsektoral tipe Amerika Latin, teori poros, dan teori historis. Secara khusus, teori sektoral membahas mengenai pengelompokan penggunaan lahan kota menjulur yang ada sehingga akan nampak seperti potongan kue tart. Namun, hal tersebut juga harus disesuaikan dengan kondisi geografis kota serta rute transportasi yang ada. Teori sektoral sendiri dikemukakan oleh Homer Hoyt pada tahun 1939. Dimana dalam kajian pembahasannya, teori sektoral merupakan berbagai unit kegiatan yang ada di perkotaan yang tidak mengikuti zona teratur secara konsentris, namun membentuk berbagai sektor yang memiliki sifat lebih bebas. Teori sektoral sendiri diperkenalkan oleh Homer Hoyt dalam rangka mengatasi ketidaksesuaian terhadap teori konsentris yang pada sebelumnya sudah dikemukakan oleh orang lain yaitu Burgess. Berdasarkan teori sektoral ini, struktur ruang kota yang ada cenderung berkembang berdasarkan sektor dibandingkan dengan berdasarkan lingkaran konsentrik. Pada teori ini, Pusat Daerah Kegiatan atau yang bisa disingkat dengan PDK dan yang biasa disebut dengan Central Business District atau CBD berada pada wilayah pusat kota, sementara lingkungan di sekitarnya dapat dikembangkan menjadi sektor lain, termasuk di dalamnya kawasan industri serta pemukiman bagi penduduk. Pemukiman penduduk yang ada pun juga dibagi menjadi tiga golongan yang terdiri dari kaum buruh, kaum menengah, dan juga kaum elit. Teori ini juga mengundang berbagai pendapat yang berhubungan seperti, daerah yang memiliki harga tanah dan juga sewa yang tinggi pada umumnya terletak di kawasan luar kota, dan daerah yang memiliki harga tanah dan juga sewa yang rendah berupa jalur yang memiliki bentuk memanjang yang terbentang dari pusat kota hingga ke daerah perbatasan. Konsep Teori Sektoral Sebagai salah satu teori geografi yang membahas mengenai tata letak sebuah daerah maupun kawasan, teori sektoral memiliki konsep yang dapat kamu pahami melalui penjelasan yang ada dibawah ini. Berdasarkan gambar yang ada di atas, penjelasan mengenai konsep dari teori sektoral sebagai berikut. 1. Central Business District atau Daerah Pusat Kegiatan Nomor 1 pada gambar menunjukkan sektor pusat kegiatan bisnis. Pada kawasan tersebut pada umumnya terdiri dari berbagai bangunan kantor, hotel, pasar, bank, pusat perbelanjaan, bioskop serta berbagai sektor publik serta perputaran ekonomi lainnya. 2. Industri atau Perdagangan Nomor 2 pada gambar menunjukkan sektor kawasan industri ringan serta perdagangan. Pada kawasan tersebut pada umumnya terdiri dari berbagai pabrik kecil maupun ringan serta berbagai toko. 3. Low Class Residential atau yang dikenal dengan Pemukiman Kelas Bawah Nomor 3 pada gambar menunjukkan sektor kaum buruh maupun kaum murba. Pada kawasan tersebut pada umumnya terdiri dari tempat tinggal bagi kaum buruh serta kaum murba. Biasanya juga pemukiman yang ada dekat dengan lokasi pusat perdagangan karena kaum buruh yang bekerja di tempat dan lokasi yang menjadi pusat bisnis. 4. Middle Class Residential atau yang dikenal dengan Pemukiman Kelas Menengah Nomor 4 pada gambar menunjukkan sektor madyawisma. Pada kawasan tersebut pada umumnya terdiri dari tempat tinggal bagi para kaum menengah. 5. High Class Residential atau yang dikenal dengan Pemukiman Kelas Atas Nomor 5 pada gambar menunjukkan sektor adi wisma. Pada kawasan tersebut pada umumnya terdiri dari tempat tinggal bagi golongan atas maupun kaum elit. Biasanya sektor ini diisi oleh para kaum pejabat serta para eksekutif. Asumsi Teori Sektoral Asumsi yang pertama adalah faktor ekologis serta konsep sewa ekonomi yang digunakan untuk menjelaskan pola penggunaan lahan. Asumsi yang kedua adalah menekankan pada peran rute transportasi dalam mempengaruhi penataan ruang kota Asumsi yang ketiga adalah baik jarak serta arah pertumbuhan dari pusat kota dipertimbangkan. Asumsi yang keempat adalah membawa lokasi nilai kemudahan industri serta lingkungan sebagai penentu di tempat tinggal. Asumsi yang kelima adalah berbagai jalur yang ada di sepanjang pusat kota yang terbentang hingga perbatasan memiliki harga jual serta sewa tanah yang relatif rendah. Pelajari berbagai konsep geografi lainnya melalui buku Sistem Informasi Geografis Konsep2 Dasar Edisi Revisi karya Eddy Prahasta yang bisa kamu dapatkan di Gramedia. Teori Mengenai Tata Ruang Di Indonesia sendiri dengan total jumlah penduduk mencapai 265 juta orang dan akan terus bertambah, tata ruang menjadi salah satu penting yang harus dilakukan. Pahami secara sederhana mengenai tata ruang wilayah ini pada buku Tata Ruang Sungai Aluvial Dan Sungai Non-Aluvial dibawah ini. Selain teori sektoral, terdapat enam teori lainnya yang membahas mengenai tata ruang. Berbagai teori mengenai tata ruang tersebut dapat kamu pelajari melalui informasi di bawah ini. 1. Teori konsentris Teori mengenai tata ruang yang pertama adalah teori konsentris. Menurut teori konsentris ini, kota yang mengalami perkembangan dimulai dari pusatnya yang kemudian dengan seiring adanya pertambahan penduduk maka akan meluas ke daerah pinggiran menjauhi pusatnya. Interaksi antara penggunaan lahan serta manusia, baik dalam segi ekonomi, sosial, maupun politik menjadi pembentuk beberapa zona konsentris. Teori konsentris sendiri memiliki kekurangan yaitu tidak berlaku di negara lain di luar Amerika Serikat. Beberapa contoh kota yang menganut teori konsentris ini adalah Chicago, Kalkuta, Adelaide, London, dan sebagian besar kota yang ada di Indonesia. Terdapat pula asumsi teori konsentris, antara lain Populasi yang memiliki sosial budaya yang heterogen Industri komersil yang menjadi basis dari ekonomi Persaingan ruang di dalam zona ekonomi serta private ownership atau yang disebut juga sebagai ruang pribadi Perluasan area serta peningkatan populasi di sebuah kota Transportasi yang ada dinilai mudah, cepat, serta murah di setiap zona yang ada di sebuah kota Pusat sebuah kota merupakan pusat dari kegiatan ekonomi yang ada sehingga ruang di dekat pusat dapat menjadi terbatas serta memiliki nilai yang tinggi. Susunan Ruang Kota pada Teori Konsentris, terdiri dari 1. Central District Business atau Zona Pusat Kegiatan, yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Yang pertama, zona pusat kegiatan merupakan inti dari sebuah kota. Yang kedua, zona pusat kegiatan memiliki intensitas yang tinggi dalam kegiatan komersil serta pemerintahan yang dapat dilihat melalui gedung perkantoran, pertokoan, dan sebagainya yang ada di sekitarnya. Yang ketiga, zona pusat kegiatan memiliki nilai harga jual maupun sewa tanah yang tinggi. Yang keempat, zona pusat kegiatan memiliki populasi untuk pemukiman yang sangat sedikit. Yang kelima, zona pusat kegiatan memiliki aksesibilitas mudah serta laju orang masuk maupun keluar dalam jumlah besar setiap harinya. 2. Transition Zone atau zona peralihan, yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Yang pertama, zona peralihan terikat dengan central district business atau zona pusat kegiatan. Yang kedua, zona peralihan memiliki populasi penduduk yang heterogen serta tidak stabil baik dalam segi pemukiman maupun kegiatan sosial ekonomi di dalamnya. Yang ketiga, zona peralihan merupakan daerah yang ada pada sebuah kota dengan penduduk yang relatif miskin. Yang keempat, zona peralihan memiliki kualitas lingkungan permukiman yang semakin lama memburuk, dimana sering ditemukan daerah slum atau daerah permukiman dengan penduduk kumuh. Yang kelima, zona peralihan dapat diubah menjadi komplek untuk industri manufaktur, bidang perhotelan, apartemen, dan sebagainya yang digunakan sebagai rencana pembangunan kota. Yang keenam, zona peralihan memiliki tingkat kejahatan serta penyakit yang tertinggi pada sebuah kota. 3. Low Class Residential atau Workingmenâs Homes yang dikenal juga sebagai Zona Pemukiman Kelas Proletar Yang pertama, zona pemukiman kelas proletar pada umumnya memiliki kondisi pemukiman yang lebih baik dimana terdiri dari berbagai rumah kecil maupun rumah susun. Yang kedua, zona pemukiman kelas proletar memiliki populasi penduduk yang terdiri dari para pekerja yang memiliki penghasilan kecil seperti buruh. Yang ketiga, zona pemukiman kelas proletar memiliki transportasi yang dapat dikatakan masih relatif mudah serta murah yang dapat digunakan menuju tempat kerja. 4. Medium Class Residential Zone atau Zona Kelas Menengah Yang pertama, zona kelas menengah memiliki daerah permukiman yang pada umumnya diisi oleh para pekerja yang memiliki penghasilan menengah. Yang kedua, zona kelas menengah memiliki kondisi daerah permukiman yang lebih baik jika dibandingkan dengan kelas proletar, dimana pada umumnya memiliki bentuk permukiman horizontal maupun permukiman vertikal seperti contohnya sebuah apartemen. Yang ketiga, zona kelas menengah memiliki lokasi yang strategis dengan pusat perbelanjaan yang pada umumnya memiliki kondisi yang hampir sama dengan pusat perbelanjaan yang ada di pusat kota. 5. Commuters Zone atau Zona Penglaju Yang pertama, zona penglaju memasuki daerah belakang atau hinterland yang merupakan daerah yang menjadi batas antar desa dengan kota. Yang kedua, zona penglaju memiliki penduduk yang pada umumnya tinggal di pinggiran kota namun mereka bekerja di kota. Yang ketiga, zona penglaju memiliki biaya transportasi yang relatif tinggi menuju CBD jika dibandingkan dengan zona lainnya. Yang keempat, zona penglaju pada umumnya memiliki penduduk yang mempunyai pendapatan yang relatif tinggi. Dalam menjelaskan teori konsentris ini, Burgess juga selalu menggunakan istilah ekologis seperti contohnya adalah dominasi, invasi, serta suksesi. Istilah ekologis ini kemudian lebih diperjelas lagi secara terperinci oleh McKenzie. Menurut McKenzie, invasi sendiri dapat dibagi menjadi tiga tingkatan, yang terdiri dari 1. Tahap permulaan atau initial stage Tingkatan yang pertama adalah tahap permulaan. Dimana proses pada tingkatan ini ditandai dengan adanya gejala ekspansi geografis yang berasal dari sebuah kelompok sosial yang kemudian akan memperoleh tantangan dari penduduk daerah tersebut yang akan terkena dampak dari ekspansi yang dilakukan. 2. Tahap lanjutan atau secondary stage Tingkatan yang kedua adalah tahap lanjutan. Dimana proses pada tingkatan ini dapat dilihat melalui terjadinya persaingan yang diikuti dengan proses perpindahan atau displacement, seleksi, serta asimilasi. Pada umumnya, kelompok yang kalah bersaing akan melakukan ekspansi ke wilayah lain yang lebih lemah. 3. Tahap klimak atau climax stage Tingkatan yang ketiga adalah tahap klimak. Dimana proses pada tingkatan ini dapat dilihat jika sudah berada di wilayah maupun daerah yang lemah dimana proses seleksi baru terjadi dan pada saat itulah proses yang ada sudah mencapai tahap klimak. 2. Teori sektoral Teori mengenai tata ruang yang kedua adalah teori sektoral. Menurut teori sektoral ini, adanya pengelompokan dalam penggunaan lahan kota menjulur yang membuat potongan kue tart yang disesuaikan dengan kondisi geografis kota serta rute transportasi yang ada pada kota tersebut. 3. Teori inti ganda Teori mengenai tata ruang yang ketiga adalah teori inti ganda. Menurut teori inti ganda ini, sebuah kota berawal dari sebuah pusat yang kemudian menjadi sebuah bentuk yang kompleks. Bentuk kompleks tersebut terjadi disebabkan adanya kemunculan berbagai nukleus baru yang dapat berupa perguruan tinggi, bandara, dan juga sebagainya. Terdapat pula asumsi teori inti ganda, antara lain Perbedaan yang ada terhadap fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan tertentu, seperti contohnya kegiatan industri. Aktivitas yang memiliki kemiripan dapat dikelompokkan bersama untuk mencapai keuntungan ekonomi yang dapat membuat munculnya beberapa zona khusus yang digunakan untuk perekonomian. Aktivitas perekonomian serta nilai pendapatan yang memiliki perbedaan dapat menjadi faktor penyebab adanya pemisahan antara zona untuk tempat tinggal. Susunan Ruang Kota pada Teori Inti Ganda, terdiri dari Zona pertama yang terdiri dari pusat kota atau CBD. Zona kedua yang terdiri dari daerah grosir serta manufaktur yang pada umumnya digunakan sebagai kawasan niaga serta industri ringan. Zona ketiga yang terdiri dari pemukiman kelas rendah yang pada umumnya digunakan sebagai kawasan murbawisma. Zona empat yang terdiri dari pemukiman kelas menengah yang pada umumnya digunakan sebagai kawasan madyawisma. Zona kelima yang terdiri dari pemukiman kelas tinggi yang pada umumnya digunakan sebagai kawasan adiwisma. Zona keenam yang terdiri dari daerah manufaktur berat yang pada umumnya digunakan sebagai pusat dari industri berat. Zona ketujuh yang terdiri dari daerah luar CBD atau pusat kota yang menjadi pusat niaga lain yang ada di pinggiran kota. Zona kedelapan yang terdiri dari pemukiman suburban yang merupakan sebuah upakota untuk kawasan madyawisma serta adiwisma. Zona kesembilan yang terdiri dari daerah industri suburban yang merupakan sebuah upakota untuk kawasan industri. 4. Teori konsektoral tipe Eropa Teori mengenai tata ruang yang keempat adalah teori konsektoral tipe Eropa. Menurut teori konsektoral tipe Eropa ini merupakan gabungan antara teori konsentris dengan sektoral. DImana penekanan konsentris yang ada lebih ditekankan atau ditonjolkan. 5. Teori konsektoral tipe Amerika Latin Teori mengenai tata ruang yang kelima adalah teori konsektoral tipe Amerika Latin. Dimana teori konsektoral tipe Amerika Latin ini pertama kali dikemukakan oleh Ernest Griffin serta Larry Ford tepatnya pada tahun 1980 yang didasari kajian penelitian yang dilakukan di Amerika Latin. 6. Teori poros Teori mengenai tata ruang yang keenam adalah teori poros. Teori poros sendiri pertama kali dikemukakan oleh Babcock tepatnya pada tahun 1932. Di dalam teori ini dibahas dan ditekankan pada peranan sebuah transportasi yang dapat mempengaruhi struktur keruangan kota. 7. Teori historis Teori mengenai tata ruang yang ketujuh adalah teori historis. Teori historis sendiri didasari pada analisis kenyataan historis yang memiliki kaitannya dengan perubahan tempat tinggal penduduk yang terjadi di dalam sebuah kota. ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien
Teorikonsentris dari Ernest W. Burgess, seorang sosiolog beraliran human ecology, merupakan hasil penelitian Kota Chicago pada tahun 1923. Menurut pengamatan Burgess, Kota Chicago ternyata telah berkembang sedemikian rupa dan menunjukkan pola penggunaan lahan yang konsentris yang mencerminkan penggunaan lahan yang berbeda-beda.
- Pengertian kota yang selama ini sering dipakai di Indonesia adalah suatu tempat konsentrasi penduduk, yang lebih padat daripada wilayah di sekitarnya, karena terjadi pemusatan kegiatan fungsional yang terkait dengan aktivitas atau kegiatan penduduknya. Dalam rumusan lain yang kerap pula digunakan di Indonesia, mengutip Modul Perencanaan Kota terbitan UT, kota didefinisikan sebagai wilayah permukiman berpenduduk relatif besar, luas areal terbatas, pada umumnya bersifat nonagraris, kepadatan populasinya relatif tinggi, serta menjadi tempat sekelompok orang yang bertempat tinggal di kawasan geografis tertentu yang cenderung memiliki pola hubungan rasional, ekonomis dan individualistis. Adapun merujuk Kamus Pengembangan Wilayah terbitan Kementerian PUPR 2016, pengertian kota ialah daerah pemusatan penduduk, dengan kepadatan tinggi serta fasilitas modern, dan sebagian besar masyarakatnya bekerja di luar pertanian, sekaligus cenderung berpola hubungan rasional, ekonomis, dan individualistis. Menurut sumber yang sama, definisi istilah lain yang menunjukkan kawasan kota, yakni perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, serta kegiatan ekonomi. Selama ini, ada perbedaan pendapat di kalangan para ahli mengenai definisi kota city serta perkotaan urban. Dua kata itu sering "dipertentangkan" dengan istilah desa village dan perdesaan rural.Muhammad Nuh dan Suhartono Winoto dalam buku Kebijakan Pembangunan Perkotaan 20177 menulis, apabila dikelompokkan, beragam rumusan pengertian kota bisa dibedakan menjadi 2. Pertama, kota dilihat dari definisi umum sebagai suatu daerah terbangun yang didominasi oleh penggunaan lahan untuk kegiatan non-pertanian, dengan jumlah penduduk serta intensitas pemakaian tanah yang tinggi. Definisi ini menekankan fungsi kota untuk kegiatan non-pertanian, permukiman banyak penduduk, dan pemusatan aktivitas ekonomi maupun pelayanan jasa. Kedua, definisi kota dikaitkan secara khusus dengan administrasi pemerintahan. Dalam definisi ini, kota dimaknai sebagai bentuk pemerintahan daerah yang meyoritas wilayahnya merupakan kawasan perkotaan. Definisi pertama lebih sering digunakan dalam studi geografi maupun perencanaan kota. Sebab, rumusan tersebut lebih jelas dalam membedakan mana wilayah yang disebut kota dan bukan, atau desa. Kota menjadi obyek kajian penting dalam ilmu geografi karena wilayah ini bisa berkembang secara cepat dan juga berkaitan erat dengan kehidupan banyak orang yang menghuninya. Salah satu yang dikaji dalam geografi adalah pola keruangan kota. Macam-macam Pola Keruangan Kota Kota pada umumnya bukanlah wilayah yang benar-benar sudah menjadi kawasan perkotaan sejak awal dibangun. Biasanya, wilayah kota semula berupa kawasan perdesaan yang kemudian berkembang secara bertahap menjadi makin ramai, padat penduduk dan tambah lengkap fasilitasnya, serta akhirnya berubah rupa sebagai perkotaan. Merujuk publikasi LPPM UNY 2012 bertajuk "Pola Keruangan Desa dan Kota," keberadaan berbagai fasilitas dan beragam aktivitas di perkotaan kemudian bisa membentuk struktur ruang kota yang khas. Struktur ruang kota itu berbeda dari yang ada di desa, dan juga bisa tidak sama antar-kota. Baca juga Klasifikasi Desa Berdasarkan Ekonomi, Letak Geografis, & Permukiman Pengertian Desa & Klasifikasi Desa Swadaya, Swasembada, Swakarya Struktur ruang kota merujuk pada semua yang ada di sebuah kota, baik bentang alam bukit, gunung, sungai dan lain sebagainya maupun yang dibangun manusia gedung, permukiman, fasilitas industri, saranan transportasi di permukaan ruang kota biasanya memiliki bentuk dan pola tertentu sesuai dengan perkembangan masing-masing dari setiap kawasan perkotaan. Sebagai contoh, di Pulau Jawa, kota-kota pada umumnya dibangun dengan pusat yang terdiri atas alun-alun, masjid agung, kantor pemerintahan, pusat pertokoan, pasar besar, dan rumah sakit. Hal ini tentu tidak ditemukan di negara-negara lain, atau sebagian kota di luar Jawa. Pola keruangan kota juga bisa menunjukkan skema perkembangan wilayahnya. Dari segi perkembangan wilayah kota, mengutip modul Geografi XII KD dan 2020 terbitan Kemdibud, setidaknya ada 4 pola yang sering kali terjadi. Keempat pola perkembangan ruang kota tersebut adalah sebagai berikut1. Pola sentralisasi, yakni pola yang terjadi ketika persebaran kegiatan di kota cenderung mengelompok pada satu wilayah utama. 2. Pola desentralisasi, yakni pola yang terjadi saat persebaran kegiatan di kota cenderung menjauhi pusat atau inti wilayah utama. 3. Pola nukleasi, yaitu pola yang terjadi menyerupai pola sentralisasi, tapi skala ukurannya lebih kecil. Dalam pola nukleasi, inti kegiatan kota masih berada di wilayah Pola segresi, yakni pola yang ditandai dengan persebaran kegiatan kota terpisah-pisah berdasarkan pada situasi sosial, ekonomi, budaya, dan lain keruangan kota juga bisa dianalisis dengan berbagai macam teori atau pendekatan. Setidaknya terdapat 4 teori struktur kota, yakni teori konsentris, teori inti ganda, teori sektoral, dan teori ketinggian bangunan. Berikut ini penjelasannya. Struktur Keruangan Kota Menurut Teori Konsentris Teori konsentris dikembangkan Ernest Watson Burgess 1886-1966, seorang sosiolog dari Amerika Serikat yang mendalami pula kajian perkembangan kota. Teori konsentris lahir dari studi yang dilakukan oleh Burgess terhadap ruang kota Chicago, AS. Dalam teori konsentris, kawasan sebuah kota bisa berkembang dan menunjukkan pola penggunaan lahan yang konsentris. Menurut Burgess, suatu kota akan berkembang membentuk lima zona konsentris. Setiap zona yang muncul akan mencerminkan pola penggunaan lahan tertentu. Adapun perincian 5 zona kota menurut teori konsentris adalah sebagai berikut1. Daerah pusat kegiatan central business district Zona ini adalah pusat kehidupan sosial, ekonomi, budaya, dan politik. Karena itu, di zona ini, ada banyak fasilitas utama untuk kegiatan sosial, ekonomi, politik, hingga budaya. Jaringan transportasi kota juga memusat ke zona ini. Akibatnya, zona pusat kegiatan juga memiliki aksesibilitas yang di zona pusat kegiatan, terdapat gedung-gedung pemerintahan, pusat pertokoan besar, bangunan perkantoran yang bertingkat gedung pencakar langit, bank, hotel, restoran, stasiun, dan lain sebagainya. 2. Zona peralihan transition zone Zona ini banyak dihuni oleh golongan penduduk berpenghasilan rendah dan para migran yang datang atau belum lama melakukan urbanisasi dari desa. Maka itu, zona ini berkembang menjadi kawasan sesak dan perdagangan dan industri di Zona Pusat Kegiatan yang terus meningkat mendorong permukiman murah bergeser ke area zona kedua ini. Zona ini pun mengalami penurunan kualitas lingkungan permukiman yang terus-menerus. Karena itu, di zona kedua ini, kerap muncul daerah permukiman kumuh slums area, dan banyak dari penduduknya juga miskin. 3. Daerah tempat tinggal para pekerja zones of working menâs home Perumahan di zone ketiga ini umumnya lebih baik serta sudah teratur. Mayoritas penghuni zona ketiga ini adalah bekas penghuni zona kedua yang berprofesi sebagai pekerja pabrik, karyawan, dan lain permukiman pekerja berpenghasilan rendah di zona ketiga ini ditandai dengan banyaknya rumah-rumah kecil maupun rumah susun sederhana yang dihuni keluarga besar. Kondisi permukiman di zona ketiga lebih baik dibandingkan dengan zona kedua, meski mayoritas penduduknya masuk kategori menengah ke bawah. 4. Daerah tempat tinggal kelas menengah zone of middle class dwellers Kawasan ini dihuni oleh kelas menengah yang terdiri dari pekerja profesional, pemilik usaha, pengusaha, pegawai berpenghasilan menengah ke atas, dan sejenisnya. Perumahan penduduk di zona ini berupa rumah-rumah pribadi yang lumayan besar dan tertata rapi. Biasanya, ada pusat pertokoan kecil untuk memenuhi kebutuhan warga yang ada di zona keempat status ekonomi penduduknya sudah di level menengah-atas, kompleks perumahan di zona keempat ini sudah dibuat dengan perencanaan yang baik, teratur, nyaman dan memiliki fasilitas memadai. 5. Daerah tempat tinggal para penglaju zone of commutersZona kelima ini berupa kawasan yang sudah memasuki daerah belakang kota hinterland, atau batas desa-kota. Penduduk yang bekerja di kota tetapi bertempat tinggal di pinggiran kota merupakan penghuni zona ini. Zona kelima ini merupakan bagian terluar dari kota dan merupakan kawasan perumahan mewah. Pada lapisan ini hanya ditempati oleh mereka yang mempunyai kendaraan pribadi sehingga dapat pulang-pergi ke tempat kerja di pusat kota. Zona ini berkembang sebagai kawasan yang memicu tumbuhnya kota-kota satelit. Struktur Keruangan Kota Menurut Teori Inti Ganda Harris-Ullman Teori inti ganda dikembangkan pertama kali ole Harris dan Ullmann 1945. Mereka beranggapan bahwa struktur ruang kota tidak tumbuh dalam ekspresi keruangan yang memiliki satu pusat kegiatan. Namun, terbentuk secara terus-menerus sehingga muncul beberapa pusat kegiatan baru di kota yang saling terpisah. Menurut teori inti ganda, struktur ruang kota tidak memiliki urutan yang teratur. Jadi, tidak seperti teori konsentris yang menganggap struktur ruang kota sudah tertata rapi. Teori inti ganda menganggap sangat mungkin tercipta sejumlah titik pusat pertumbuhan baru di suatu itu, teori inti ganda menganggap ada beberapa inti kota dalam suatu wilayah perkotaan. Misalnya komplekspusat pemerintahan, pelabuhan, kompleks kegiatan ekonomi pasar dan mall, dan lain sebagainya, yang muncul tidak di satu area yang yang disebut sebagai inti kota core of city adalah CBD Central Business Districts yang menjadi tempat atau wilayah pusat berbagai kegiatan, termasuk aktivitas ekonomi, pemerintahan, pendidikan, dan ruang kota menurut teori inti ganda adalah sebagai berikut Pusat kota atau CBD Kawasan niaga dan industri ringan Kawasan murbawisma atau permukiman kualitas rendah Kawasan madyawisma atau permukiman kualitas sedang Kawasan adiwisma atau tempat tingga kualitas tinggi Pusat industri berat Pusat niaga atau perbelanjaan lain di pinggir kota Upakota Sub-urban untuk kawasan madyawisma dan adiwisma Upakota Sub-urban untuk kawasan industri. Struktur Keruangan Kota Menurut Teori Sektoral Teori sektor atau sektoral dikemukakan oleh Homer Hoyt, seorang ahli ekonomi dari Amerika Serikat yang populer sebagai perintis kajian perencanaan, penggunaan lahan, serta zonasi teori sektoral, struktur ruang kota bisa berkembang karena ada sektor-sektor yang membentuk sejumlah lingkaran konsentris. DPK atau CBD memang masih berada di pusat kota, tapi bagian-bagian lainnya berkembang menurut sektor-sektor yang bentuknya menyerupai irisan kue tart. Perkembangan seperti ini bisa terjadi karena ada pengaruh faktor geografis alami maupun buatan, seperti bentuk lahan, pengembangan jalan, serta penyediaan sarana komunikasi dan transportasi. Teori sektor membagi wilayah kota menjadi lima bagian, yaitu sebagai berikut 1. Daerah Pusat Kota atau CBD, terdiri atas pusat ekonomi, sosial, pemerintahan, dan Zona wholesale light manufacturing yang terdiri atas industri kecil dan Zona permukiman kelas rendah yang menjadi tempat tinggal pekerja industri di kota dengan penghasilan Zona permukiman kelas menengah yang ditinggali oleh penduduk kota dengan penghasilan Zona permukiman kelas tinggi, yaitu permukiman golongan kelas atas di kota. Struktur Keruangan Kota Menurut Teori Ketinggian Bangunan Teori ketinggian bangunan dikembangkan oleh Bergell 1955. Bergell berpendapat bahwa ketinggian bangunan di wilayah kota perlu diperhatikan untuk menganalisis struktur keruangannya. Variabel ketinggian bangunan perlu menjadi perhatian di kota-kota negara maju, karena terkait dengan hak setiap warga kota mendapatkan kehidupan yang nyaman. Teori ini berkaitan dengan pengaturan ketinggian bangunan dengan penggunaan lahan. Hal ini berguna mencegah kesemerawutan tata ruang kota. - Pendidikan Penulis Addi M IdhomEditor Iswara N Raditya
Diantaranya ialah teori memusat (konsentris) menurut Ernest W. Burgess (1929) yang meneliti struktur kota Chicago. Teori konsentris menyatakan bahwa daerah yang memiliki ciri kota dapat dibagi dalam lima zone, sebagai berikut: Zona pusat daerah kegiatan (PDK/CBD), terdapat pusat pertokoan besar (Dept. Store), gedung perkantoran yang bertingkat
Latihan Soal Online - Latihan Soal SD - Latihan Soal SMP - Latihan Soal SMA Kategori Geografi â
Ujian Tengah Semester 2 Genap UTS MID Geografi SMA Kelas 12Dalam teori konsentris, inti kota merupakan zonaâŠ. a. pusat daerah kegiatan b. peralihan c. permukiman kelas pekerja/buruh d. permukiman kelas menengah e. penglajuPilih jawaban kamu A B C D E Latihan Soal SD Kelas 1Latihan Soal SD Kelas 2Latihan Soal SD Kelas 3Latihan Soal SD Kelas 4Latihan Soal SD Kelas 5Latihan Soal SD Kelas 6Latihan Soal SMP Kelas 7Latihan Soal SMP Kelas 8Latihan Soal SMP Kelas 9Latihan Soal SMA Kelas 10Latihan Soal SMA Kelas 11Latihan Soal SMA Kelas 12Preview soal lainnya Peta, Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis SMA Kelas 10Sistem Informasi Geografis SIG bermanfaat untuk pengamatan dalam bidang nonfisik. Salah satunya dalam bidang sosial, yaituâŠA. prediksi daerah dengan penduduk miskinB. strategi mengurangi angka pengangguranC. inventarisasi data pengembangan sekolahD. perencanaan pembangunan industriE. penentuan kelas kemampuan lahanCara Menggunakan Baca dan cermati soal baik-baik, lalu pilih salah satu jawaban yang kamu anggap benar dengan mengklik / tap pilihan yang tersedia. Materi Latihan Soal LainnyaBumi dan Bulan - IPA SD Kelas 4Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap Kolonialisme Belanda - Sejarah SMA Kelas 11PTS Semester 1 Ganjil PPKn SD Kelas 6Listrik Statis - IPA SMP Kelas 9PAT Bahasa Inggris SD Kelas 2Tema 6 Subtema 1 Pembelajaran 5 SD Kelas 3PKn Tema 1 SD Kelas 6Geografi SMA Kelas 12Tema 8 Subtema 3 SD Kelas 5Bahasa Indonesia Tema 3 SD MI Kelas 5 Tentang Soal Online adalah website yang berisi tentang latihan soal mulai dari soal SD / MI Sederajat, SMP / MTs sederajat, SMA / MA Sederajat hingga umum. Website ini hadir dalam rangka ikut berpartisipasi dalam misi mencerdaskan manusia Indonesia.
Dalamteori konsentris, daerah pusat kegiatan merupakan pusat kegiatan sosial, ekonomi, budaya dan politik dalam sesuatu kota sehingga pada zona ini terdapat bangunan utama untuk kegiatan sosial ekonomi budaya dan politik. Rute-rute transportasi dari segala penjuru memusat ke zona ini sehingga zona ini merupakan zona dengan derajat
- Seluruh kota di dunia bermula dari kota kecil, bahkan desa, sebelum akhirnya menjadi kota besar. Kota berkembang mengikuti jumlah dan aktivitas manusia. Bentuk pertumbuhan tiap kota berbeda. Ada tiga konsep klasik yang digunakan untuk menjelaskan pola keruangan kota. Ketiga teori itu yakni Teori konsentris concenrtric zones theory Teori sektoral sectors theory Teori inti ganda multiple nuclei theory Berikut penjelasannya Baca juga Kota Pengertian, Klasifikasi, Ciri, dan Fungsinya Teori konsentris Menurut Ernest W Burgess dalam Introduction to the Science of Sociology 1921, manusia punya kecenderungan alamiah untuk berada sedekat mungkin dengan pusat mewujudkan itu, dikembangkan kota berbentuk konsentrik dengan pusat kota sebagai intinya. Teorinya ini berdasarkan hasil pengamatannya terhadap kota Chicago tahun 1923. Berdasarkan teori Burgess, kota dibagi menjadi lima zona yakni Zona pusat daerah kegiatan PDK atau CBD central business district Terdapat toko-toko besar, bangunan kantor, bank, rumah makan, pusat bisnis, dan sebagainya Zona peralihan atau transisi Daerah ini terikat dengan zona pusat daerah kegiatan. Penggunaannya campuran antara pusat usaha dengan permukiman. Baca juga Potensi dan Dampak Perkembangan Kota Masyarakat yang tinggal di daerah peralihan ekonominya tergolong miskin. Dalam perencanaan pembangunan kota, zona ini diubah menjadi kompleks perhotelan, parkir, dan jalan utama yang menghubungkan dengan daerah luarnya.
. 167 449 240 464 340 68 258 209
dalam teori konsentris inti kota merupakan zona